Senin, 08 Oktober 2012

Pemikiran Politik Tan Malaka ( Kisah Hidup Seorang Pejuang dari Penjara ke Penjara)


A.    Riwayat Hidup Tan Malaka
Dalam catatan sejarah kelahiran Tan Malaka masih terdapat perbedaan-perbedaan mengenai tanggal, tahun lahirnya namun dengan catatan ia masuk sekolah rendah tahun 1903. jadi diasumsikan Tan Malaka lahir pada 02 Juni 1897 di desa Pandan Gadang Sumatera Barat. Nama lengkapnya Ibrahim Datuk Tan Malaka sebuah nama khas Minang yang kental dengan tradisi islamnya. Ia bisa dikategorikan sebagai salah satu dari tokoh-tokoh besar bangsa Indonesia sejajar dengan Soekarno, Hatta, Syahrir, Moh. Yamin, dll. Perjuangannya yang revolusioner juga dibuktikannya dengan kemunculan karya-karyanya yang orisinil dan filosofis sehingga sangat berpengaruh terhadap sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Sayangnya tak banyak penulis Indonesia dimasa kemerdekaan yang mengeksplorasi pemikirannya karena persepsi dan stigma yang negative terhadapnya. Namun Tan Malaka tetaplah sosok yang tak pernah berhenti berfikir. Sumbangan pemikirannya akan menjadi refleksi bagi perenungan kita dimasa sekarang dan akan datang untuk terus melanjutkan cita-cita perjuangan bangsa Indonesia.
Mulai tahun 1913 dan sampai enam tahun kemudian ia tercatat sebagai siswa Rijks Kweekschool di Haarlem, Nederland. Ia terkenal sebagai murid yang cerdas, periang dan kreatif. Dari sinilah denyut nadi tiupan semangat revolusioner mulai terbangun. Di sana ia mempelajari pemikiran filsuf-filsuf dunia seperti Nietsche, Karl Marx, Engels. Bahkan ia sempat mendaftar sebagai calon tentara Jerman dalam era perang dunia I. Tan Malaka kembali ke Indonesia pada tahun 1919 dan mendaftarkan diri sebgai guru bagi kaum kuli diperkebunan Senembah May di Tanjung Morawa. Ia merasakan betapa kejamnya korporasi kapitalis mengeksploitasi pekerja kuli kontrak di sana . Akhirnya pada tahun 1921 ia diangkat menjadi ketua PKI setelah ia pindah ke Jawa pada tahun yang sama. Dan pergulatan politik nasional dimulai dari sini. Banyak terjadi insiden yang mengharuskan ia diasingkan beberapa kali dan ia kerap pergi keluar negeri ketika suasana menjadi panas tidak kondusif dalam iklim politik. Ia termasuk tokoh yang tidak suka perpecahan dalam kelompok masyarakat poltik.
Ia juga seorang pejuang kemerdekaan yang masa hidupnya sering masuk dalam penjara mulai dari penjara luar negeri sampai indonesia. Dari sanalah banyak kisah hidup yang mempengaruhi pola pikir tan malaka mengenai masyarakat, bangsa, dan negara. Cita-citanya yang mulia untuk menciptakan republik indoesia akhirnya bisa terjadi meski tidak banyak orang yang mengetahui tentang perjuangan dan pemikiran untuk bangsa ini.
Tan Malaka meninggal dunia pada tahun 1949 tepatnya bulan februari ia gugur hilang tak tentu rimbanya, mati tak tentu kuburnya ditengah-tengah perjuangan mempertahankan proklamasi. Menurut versi hasil penyelidikan Partai Murba, tanggal 19 Februari 1949 Tan Malaka dibunuh oleh tentara regular “Macan Kerah” dari Brigade”S” dibawah pimpinan Letkol surachmad di desa Pethok, Kediri dan mayatnya dibuang ke sungai Brantas dan tidak pernah ditemukan .

B.    Pemikiran Tentang Bangsa Indonesia
Sejarah bangsa indonesia adalah sejarah penindasan. Lebih dari 3,5 abad bangsa ini dijajah oleh bangsa asing. Penindasan sangat menyengsarakan rakyat Indonesia. Sampai pada suatu masa kemerdekaan. Kemerdekaan yang diperoleh rakyat Indonesia tentu saja tidak bisa dilepaskan dari jasa perjuangan para pahlawan bangsa. Selain Soekarno-Hatta sebagai proklamator yang mempunyai jasa dalam terselenggarakannya proklamasi kemerdekaan tersebut, masih ada Tan Malaka dan pahlawan nasional yang salah satu diantaranya adalah Syahrir. Keduanya memiliki pemikiran yang sama dalam memerdekakan bangsa ini, akan tetapi memiliki jalan yang berbeda untuk menempuh jalan kemerdekaan tersebut. Tan Malaka lebih memilih jalan revolusioner dan Syahrir lebih memilih jalan diplomasi.

Pasca kemerdekaan tan malaka mencita-citakan bangsa indonesia sebagai Bangsa yang sosialis yang terorganisir yang kemudian akan mampu membawa kedalam sebuah perubahan yang didasarkan pada tindakan sadar masyarakat atas apa yang telah berlaku pada diri mereka. Adanya kesadaran tersebut dengan sendirinya juga akan membawa rakyat kedalam ranah perjuangan karena mereka tidak rela ditindas dan akhirnya melakukan perlawanan untuk menghapuskan pertentangan yang ada. Dengan perjuangan tersebut, maka akan dihasilkan sebuah tatanan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera dan dilandaskan pada prinsip egaliter atau persamaan. Sehingga tidak ada lagi kelas penindas yang menindas kelas yang lainnya. Dengan tidak adanya penindasan oleh satu kelas terhadap kelas lain maka akan timbul suatu masyarakat dimana akan terbentuk suatu masyarakat sosialis. Dan ketika masyarakat sosialis yang tanpa penindasan termanifestasikan dalam proses kehidupan masyarakat, maka pembebasan nasional yang diinginkan oleh Tan Malaka akan terwujud. Pembebasan nasional dimana masyarakat Indonesia tidak lagi dijajah dalam bentuk apapun. Terbebas dari segala belenggu yang mengalienasi dirinya.

C.    Ideologi Tan Malaka
Marxisme akar filsafat tan malaka yang diaktualisasikan kedalam partai murba. Murbaisme adalah formula tepat bagi keyakinan politik Tan Malaka. Hal itu ditunjukkan ketika revolusi Indonesia bergolak Tan malaka tetap berpendapat, ini adalah revolusi nasional Indonesia dan tidak ada hubungannya dengan perlawanan terhadap facisme, seperti yang dipropagandakan oleh kaum komunis. Dalam konteks tersebut revolusi nasional dilihat semata-mata sebagai bentuk perlawanan terhadap imperialisme Belanda. Namun kaum komunis Indonesia tidak berdiri diatas itu, bagi mereka facisme jepang hanyalah merupakan satu tahap dari perkembangan kapitalisme, untuk itu facisme harus diperangi. Bagi Tan Malaka sikap facisme buta adalah bentuk ke-tidaknasionalisme-an. Bagi Tan Malaka revolusi Indonesia memiliki dua sisi, revolusi nasional adalah bingkainya dan revolusi social adalah isinya. Jadi revolusi Indonesia tidaklah berhenti pada revolusi politik semata-mata, naumn harus dilanjutkan dengan emansipasi social sebagai kelanjutan revolusi tersebut.
Melaui MADILOGnya pula, bisa ditunjukkan bahwa Tan Malaka berusaha mensintesakan Marxisme dalam konteks ke-indonesia-an, dengan melacak akar-akar kebangsaan dan kebudayaan masyarakat untuk kemudia diselaraskan dengan keyakinan politiknya, yaitu Murbaisme. Murbaisme dengan demikian tidak sama dengan komunisme. Atau lebih enaknya dikatakan Marxis-Nasionalis. Ia memiliki ciri khas dalam menuangkan ide-ide nasionalisme, yang membedakannya dengan tokoh-tokh yang lain.dalam pemikirannya terdapat konvergensi anatara ideology Marxisme, yang sebenarnya bersifat internasionalis dan mengedepankan solidaritas kaum buruh sedunia, tanpa dibatasi rasa kebangsaan, dengan ideology nasionalisme yang memiliki ciri khas pada nation state.
Disamping itu, dalam MADILOG ia juga memperlihatkan penghargaannya terhadap islam. Islam sangat mempengaruhi pola pikir dan perilakunya. Islam diakuinya sebagai penerang obor dalam hidupnya. Selanjutnya kalau ia dikatakan seorang komunis, tetapi mengapa ia begitu menekankan aspek persatuan diantara sesama warga bangsa apapun afiliasi politik maupun ideologinya, mengapa ia tidak berjuang untuk perjuangan kelas yang menjadi bagian penting dalam teori Marxis-Leninis. Dan yang lebih mencolok lagi adalah mengapa ia ber-Tuhan?, hal itu dibuktikannya ketika ibunya sakit, ia sempat berulang-ulang melantunkan bacaan surat yasin dalam al-qur'an.

D.    Dielektika Tan Malaka
Menurut Tan Malaka dalam bukunya yang berjudul Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika), dialektika mengandung 4 hal :
1.    Waktu
2.    Pertentangan
3.    Timbal balik dan
4.    Seluk-beluk (pertalian).
Tan Malaka berusaha menjadi aktor perubahan melalui materialisme, dialektik dan logika (Madilog) yang merupakan cara berpikir sebagai bentuk perlawanan atas cara berpikir mistik timur untuk mengubah masyarakat Indonesia agar berpikir lebih rasional. Menurut Tan Malaka pikiran manusia bersifat kreatif sehingga manusia itu sendiri dapat mengubah dirinya sendiri, tetapi pikirannya terlebih dahulu harus logis, realistis dan dinamis. Untuk mengwujudkan pikiran tersebut maka seseorang harus terdidik, agar dapat menjadi orang terdidik disanalah dibutuhkan peran sekolah. Kesadaran bersekolah pada saat itu masih sangat rendah, dengan sendirinya orang-orang terdidik pada saat itu sangat sedikit. Tan Malaka berpendapat sesuatu tidak berubah dengan sendirinya harus ada usaha untuk merubahnya.
E.    Pandangan Tan Malaka Tentang Marxisme dan Demokrasi
Diakui sendiri oleh tan malaka bahwa pemikirannya tidak sepenuhnya orisinil tapi mengembangkan konsep sosialis dari karl marx. Namun dari kepekaannya dalam menganalisis perkembangan pola hidup dalam bermasyarakat itulah yang kemudian harus di apresiasikan oleh para pencinta ilmu pengetahuan khususnya di indonesia. Dia percaya bahwa baik sosialisme maupun demokrasi hanya bisa diwujudkan melalui kekuatan akal dan bukannya melalui jalan kekerasan. Namun sekaligus diperingatkannya bahwa penggunaan akal dapat membawa orang kepada pendewaan akal dalam ilmu pengetahuan, suatu hal yang jelas ditentang oleh tuntutan akal itu sendiri. Dia seakan meramalkan secara intuitif dialektik

der Aufklaerung (dialektik pencerahan) yang dicanangkan Max Horkheimer dan Theodor Adorno dari mazhab Frankfurt pada 1969, bahwa akal yang kehilangan kritik terhadap dirinya bakal membunuh dirinya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar